Minuman tradisional yang satu ini, mungkin sudah tidak asing bagi
sebagian besar masyarakat Minangkabau, Sumatera Barat. Rasa dan aromanya yang
lekat, khas dan sabana kadam, seperti telah menjadi pilihan bagi para
penikmat kopi. Adalah kawa daun, minuman yang dipercaya berkhasiat untuk
menurunkan darah tinggi, menambah stamina dan vitalitas, serta melancarkan
saluran pernafasan. Lantas, apa sebenarnya kawa daun?
Kawa daun merupakan minuman yang
dihasilkan dari proses perebusan air daun kopi asli. Pembuatan kawa daun
dimulai dari tahapan pengeringan daun kopi terlebih dahulu. Daun yang memang
diambilkan dari pohon kopi pilihan itu, dikeringkan dengan cara menyengainya di
atas api dengan menggunakan pelapis seng atau plat tipis. Lamanya relatif,
melihat kepada kondisi daun yang disengai. Setidaknya, sampai daun sudah
benar-benar kering.
Selanjutnya, daun-daun kopi yang
sudah kering dan sangat rapuh jika diremuk dengan menggunakan telapak tangan
itu, direbus dengan menggunakan air dingin sesuai takaran dan kebutuhan.
Setelah benar-benar mendidih, air rebusan daun kopi dalam wadah itu, akan
berubah warna seperti air teh.
Air hasil rebusan yang akhirnya
disebut dan dikenal dengan istilah kawa daun. Layaknya pembuatan kopi bubuk,
kawa daun juga dibubuhi gula sebelum disajikan. Orang dulu, biasanya
menggunakan gula aren atau gula enau sebagai pemanisnya.
Oleh sebagian warga, khususnya di
Batusangkar, Kabupaten Tanahdatar, yang memang mulai melirik kawa daun sebagai
komoditi bisnis untuk menghasilkan fulus, minuman ini disajikan sedemikian
rupa. Dengan menggunakan separuh bagian dari tempurung kelapa yang sudah
dihaluskan sebagai pengganti cangkir, serta potongan bambu sebagai pengganti
tadah, kawa daun dipastikan akan membuat setiap orang penasaran untuk
mencobanya. Apalagi begitu aneka gorengan panas, juga dihidangkan sebagai
pelengkapnya. Hmmm,..
Menurut cerita Khairul BK alias
Buyuang Kabun, salah seorang pemilik warung kawa di kawasan Sawah Tabek,
Kabupaten Tanahdatar, kawa daun sebenarnya sudah ada dan bahkan telah populer
sejak masa penjajahan Belanda. Munculnya minuman ini, berawal ketika hasil
panen kopi milik masyarakat pribumi (yang waktu itu memang diwajibkan
pemerintah kolonial), dirampas dan selanjutnya diekspor ke luar negeri.
Sehingga kala itu, tak ada lagi biji kopi yang tersisa untuk diolah dan
dinikmati rakyat.
Tak ada rotan, akarpun jadi. Pepatah
ini sepertinya menginspirasi warga agar tetap bisa menikmati kopi. Meski bukan
dari hasil olahan biji kopi, namun mereka tetap berusaha untuk bisa
menghasilkan minuman yang berasal dari pohon kopi. Setidaknya daun-daun yang
ada di pohon kopi itu sendiri. Sejak saat itu, mulailah kebiasaan merebus daun
kopi sebagai pengganti minum kopi, yang konon dulunya disebut sebagai minuman
kalangan atas ini.
Pak KB mengaku, jika bisnis kawa
daun yang tengah digelutinya itu, baru dimulai sejak setahun belakangan. Namun
hanya dalam rentang enam bulan perjalanan, kehadiran pondok kawa miliknya
seperti menjadi magnet yang mampu menyedot perhatian dan akhirnya ‘memaksa’
setiap orang untuk mampir di warungnya, yang memang berada di lokasi
strategis. Tepatnya di sisi ruas jalan utama Padang Panjang- Tanahdatar. Tak
ayal, daun-daun kopi itupun telah berhasil disulapnya menjadi rupiah.
Kelebihan air kawa dibanding kopi
yang biasanya adalah kandungan kafeinnya yang lebih rendah sehingga tidak
membuat orang yang mengkonsumsinya terserang insomnia. Selain itu juga tak
sepekat kopi yang disajikan dari biji kopi. Selain kawa daun tok, biasanya
orang juga memadukannya dengan susu putih. Tak sedikit pula, para penikmat
minuman ini mencampurkannya dengan es batu dan disajikan dalam keadaan dingin.
Semua tentu tergantung kepada selera anda.
Bagi Anda, atau setidaknya bagi
seorang yang memang penikmat kopi bubuk asli dan telah pula mencoba
memperbandingkannya keduanya, kawa daun memang memiliki rasa yang unik dan
karakteristik tersendiri. Legit, sedikit kelat dan lekat, adalah tiga
spesifikasi rasa dari sajian ‘setempurung’ air kawa. Jika benar-benar
dinikmati, kawa daun juga tak kalah ‘mak nyos’ dibanding sajian secangkir kopi
bubuk asli. Anda tak percaya, silahkan coba dan nikmati kekadamannya.
POST BY : AULIA WAHDI NOVRI. Y (1201053021)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar