Minggu, 05 Januari 2014

KAWA DAUN MINUMAN KHAS MINANGKABAU



Minuman tradisional yang satu ini, mungkin sudah tidak asing bagi sebagian besar masyarakat Minangkabau, Sumatera Barat. Rasa dan aromanya yang lekat, khas dan sabana kadam, seperti telah menjadi pilihan bagi para penikmat kopi. Adalah kawa daun, minuman yang dipercaya berkhasiat untuk menurunkan darah tinggi, menambah stamina dan vitalitas, serta melancarkan saluran pernafasan. Lantas, apa sebenarnya kawa daun?
Kawa daun merupakan minuman yang dihasil­kan dari proses perebusan air daun kopi asli. Pembuatan kawa daun dimulai dari tahapan pengeringan daun kopi terlebih dahulu. Daun yang memang diambilkan dari pohon kopi pilihan itu, dikeringkan dengan cara menyengainya di atas api dengan menggunakan pelapis seng atau plat tipis. Lamanya relatif, melihat kepada kondisi daun yang disengai. Setidaknya, sampai daun sudah benar-benar kering.
Selanjutnya, daun-daun kopi yang sudah kering dan sangat rapuh jika diremuk dengan menggunakan telapak tangan itu, direbus dengan menggunakan air dingin sesuai takaran dan kebutuhan. Setelah benar-benar mendidih, air rebusan daun kopi dalam wadah itu, akan berubah warna seperti air teh.
Air hasil rebusan yang akhirnya disebut dan dikenal dengan istilah kawa daun. Layaknya pembuatan kopi bubuk, kawa daun juga dibubu­hi gula sebelum disajikan. Orang dulu, biasanya menggunakan gula aren atau gula enau sebagai pema­nisnya.
Oleh sebagian warga, khususnya di Batusangkar, Kabupaten Tanah­datar, yang memang mulai melirik kawa daun sebagai komoditi bisnis untuk menghasilkan fulus, minuman ini disajikan sedemikian rupa. Dengan menggunakan separuh bagian dari tempurung kelapa yang sudah dihaluskan sebagai pengganti cangkir, serta potongan bambu sebagai pengganti tadah, kawa daun dipastikan akan membuat setiap orang penasaran untuk mencobanya. Apalagi begitu aneka gorengan panas, juga dihidangkan sebagai pelengkapnya. Hmmm,..
Menurut cerita Khairul BK alias Buyuang Kabun, salah seorang pemilik warung kawa di kawasan Sawah Tabek, Kabupaten Tanah­datar, kawa daun sebenarnya sudah ada dan bahkan telah populer sejak masa penjajahan Belanda. Muncul­nya minuman ini, berawal ketika hasil panen kopi milik masyarakat pribumi (yang waktu itu memang diwajibkan pemerintah kolonial), dirampas dan selanjutnya diekspor ke luar negeri. Sehingga kala itu, tak ada lagi biji kopi yang tersisa untuk diolah dan dinikmati rakyat.
Tak ada rotan, akarpun jadi. Pepatah ini sepertinya mengins­pirasi warga agar tetap bisa menikmati kopi. Meski bukan dari hasil olahan biji kopi, namun mereka tetap berusaha untuk bisa menghasilkan minuman yang bera­sal dari pohon kopi. Setidaknya daun-daun yang ada di pohon kopi itu sendiri. Sejak saat itu, mulailah kebiasaan merebus daun kopi sebagai pengganti minum kopi, yang konon dulunya disebut sebagai minuman kalangan atas ini.
Pak KB mengaku, jika bisnis kawa daun yang tengah digelutinya itu, baru dimulai sejak setahun belakangan. Namun hanya dalam rentang enam bulan perjalanan, kehadiran pondok kawa miliknya seperti menjadi magnet yang mam­pu menyedot perhatian dan akhirnya ‘memaksa’ setiap orang untuk mampir di warungnya, yang me­mang berada di lokasi strategis. Tepatnya di sisi ruas jalan utama Padang Panjang- Tanahdatar. Tak ayal, daun-daun kopi itupun telah berhasil disulapnya menjadi rupiah.
Kelebihan air kawa dibanding kopi yang biasanya adalah kan­dungan kafeinnya yang lebih rendah sehingga tidak membuat orang yang mengkonsumsinya terserang insom­nia. Selain itu juga tak sepekat kopi yang disajikan dari biji kopi. Selain kawa daun tok, biasanya orang juga memadukannya dengan susu putih. Tak sedikit pula, para penikmat minuman ini mencam­purkannya dengan es batu dan disajikan dalam keadaan dingin. Semua tentu tergantung kepada selera anda.
Bagi Anda, atau setidaknya bagi seorang yang memang penikmat kopi bubuk asli dan telah pula mencoba memperbandingkannya keduanya, kawa daun memang memiliki rasa yang unik dan karakteristik ter­sendiri. Legit, sedikit kelat dan lekat, adalah tiga spesifikasi rasa dari sajian ‘setem­purung’ air kawa. Jika benar-benar dinikmati, kawa daun juga tak kalah ‘mak nyos’ dibanding sajian secangkir kopi bubuk asli. Anda tak percaya, silahkan coba dan nikmati kekadamannya.


POST BY : AULIA WAHDI NOVRI. Y (1201053021)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar